PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran deduktif adalah cara berpikir tentang suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Contoh penalaran deduktif
adalah Silogisme.
Silogisme adalah proses pengambilan kesimpulan secara deduktif didahului dengan dua
pernyataan (proporsi atau premis) sebagai anteseden (pengetahuan yang sudah
dipahami) hingga membentuk suatu kesimpulan sebagai keputusan baru (konklusi
atau konsekuensi). Berikut ini adalah hal-hal yang perlu kita cermati dalam
menyusun silogisme :
1. Pernyataan pertama dalam silogisme disebut premis mayor
adalah premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan dan pernyataan keduanya
disebut premis minor adalah premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan.
2. Dalam silogisme tidak boleh mengandung lebih dari tiga premis dan
juga sebaliknya kurang dari dua premis tidak ada silogisme, lebih dari tiga
premis berarti tidak ada perbandingan.
3. Jika kedua premis (mayor dan minor) negatif, maka tidak dapat
disimpulkan.
- Contoh :
Semua bukan
binatang.
Anjing itu bukan batu.
Jadi, anjing bukan binatang.
4. Jika salah
satu premis (mayor atau minor) negaitf, maka tidak dapat disimpulkan.
- Contoh :
Siswa-siswi SMU Kesantrian mengikuti upacara bendera.
Billy bukan siswa SMU Kesantrian.
Jadi, Billy tidak mengikuti upacara bendera.
5. Jika salah
satu premis partikular (mayor atau minor), maka kesimpulan tidak sahih.
- Contoh :
Beberapa orang kaya tidak merasa tenteram hidupnya.
Syarif adalah orang kaya.
Jadi, Syarif tidak merasa tenteram hidupnya (?)
6. Kedua premis (mayor dan minor) tidak boleh
partikular.
- Contoh :
Beberapa orang kaya tidak bahagia.
Banyak orang jujur bahagia.
Jadi, orang-orang kaya tidak jujur.
7. Pola Silogisme :
A = B (Premis Mayor)
C = A
(Premis Minor)
=================
C = B (Kesimpulan)
Macam-macam
Silogisme :
1) Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme
yang semua proposisinya merupakan kategorial. Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
- Premis umum : Premis Mayor
(My)
- Premis khusus : Premis Minor
(Mn)
- Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan
predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut
term minor.
- Contoh Silogisme Kategorial :
Semua mahasiswa adalah
lulusan SLTA (My)
Saya adalah mahasiswa
(Mn)
Saya lulusan SLTA
(K)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik :
a) Apabila salah satu premis bersifat
partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
-
Contoh :
Semua yang halal dimakan menyehatkan. (My)
Sebagian makanan tidak menyehatkan. (Mn)
Sebagian makanan tidak halal dimakan. (K)
b) Apabila salah satu premis bersifat
negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
- Contoh :
Semua korupsi tidak disenangi. (My)
Sebagian pejabat korupsi. (Mn)
Sebagian pejabat tidak disenangi. (K)
c) Apabila kedua premis bersifat
partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
-
Contoh :
Beberapa politikus tidak jujur. (premis 1)
Bams adalah politikus. (premis 2)
Kedua
premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya
hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bams mungkin tidak
jujur (konklusi).
d) Apabila kedua premis bersifat
negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak
ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi
premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu
premisnya positif.
- Contoh :
Kerbau bukan bunga mawar. (premis 1)
Kucing bukan bunga mawar. (premis 2)
Kedua premis
tersebut tidak mempunyai kesimpulan.
2) Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah silogisme yang premis mayornya
berupa keputusan hipotetik dan premis minornya merupakan pernyataan kategorial.
- Contoh Silogisme Hipotetik :
Jika
hari ini tidak hujan, saya akan kerumah nenek. (Premis Mayor)
Hari
ini tidak hujan.
(Premis Minor)
Jadi,
saya akan kerumah nenek.
(Kesimpulan)
Ada 4 (empat) macam tipe
silogisme hipotetik :
- Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian antesedens.
- Contoh :
Jika hujan saya
naik mobil. (mayor)
Sekarang hujan.
(minor)
Saya naik mobil.
(konklusi)
- Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian konsekuennya.
- Contoh :
Jika hujan, bumi akan basah. (Mayor)
Sekarang bumi
telah basah. (Minor)
Hujan telah
turun. (Konklusi)
- Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengingkari antesedens.
- Contoh :
Jika politik
pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan
tidak dilaksanakan dengan paksa.
Kegelisahan tidak
akan timbul.
- Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian
konsekuennya.
- Contoh :
Bila mahasiswa turun ke jalanan,
pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Mahasiswa tidak
turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik :
a) Bila A terlaksana maka B juga
terlaksana.
b) Bila A tidak terlaksana
maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
c) Bila B terlaksana, maka
A terlaksana. (tidak sah = salah)
d) Bila B tidak terlaksana
maka A tidak terlaksana.
3) Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
- Contoh :
Rumah itu besar atau kecil
(Premis Mayor)
Rumah itu besar
(Premis Minor)
Jadi rumah itu tidak kecil
(Kesimpulan)
4) Entimen
Entimen adalah bentuk silogisme
yang diperpendek. Artinya, salah satu premis dihilangkan. Di dalamnya,
terkandung abstraksi. Hubungan logis memegang peranan utama dalam proses ini.
Pola entimen adalah C = B, karena A. Entimen selalu dimulai dengan kesimpulan
(C = B) dan diikuti keterangan sebab sebagai penjelasan, keterangan, atau
pelengkap.
- Contoh :
Anjani
Rahel pergi ke Surabaya untuk studi tour sebab siswi kelas 3 SMU Kebangsaan.
Bapak
Mahir adalah anggota korpri sebab pegawai negeri
Bapak
Jane pasti berpuasa sebab seorang muslim yang taat.
Bila kita cermati ketiga contoh
tersebut, kita berhadapan dengan bentuk silogisme yang diperpendek, dirapatkan,
dipadatkan premis-premisnya. Tidak asal menghilangkan, tetapi tetap
memperhatikan dan mempertimbangkan kaitan logisnya.
Daftar Pustaka
HTTP://DIZLY.WORDPRESS.COM/2011/02/28/DEFINISI-PENALARAN-DEDUKTIF/HTTP://ID.WIKIPEDIA.ORG/WIKI/PENALARANHTTP://ID.WIKIPEDIA.ORG/WIKI/SILOGISMEHTTP://BOOKS.GOOGLE.CO.ID/BOOKS?ID=AAEWDR17FZCC&PG=PA76&LPG=PA76&DQ=SILOGISME+KATEGORIAL&SOURCE=BL&OTS=6KLO9YFUA7&SIG=N5KDQZPMY49CHHCCRXF5I8ABDP4&HL=EN&SA=X&EI=NHTAVNXDACBAMAXXUIJI&VED=0CDUQ6AEWAZGU#V=ONEPAGE&Q=SILOGISME%20KATEGORIAL&F=TRUEHTTPS://ID.SCRIBD.COM/DOC/216277044/PENALARAN-DEDUKTIFHTTPS://ID.SCRIBD.COM/DOC/114459119/CONTOH-SILOGISME
0 komentar: (+add yours?)
Posting Komentar